Bandung, jalosi.net - Jika mendengar kata intelijen, pada umumnya orang akan membayangkan sesuatu yang menakutkan. Bahkan tidak sedikit yang diwarnai oleh kepanikan. Di sisi lain ada juga yang membayangkan kecanggihan peralatannya seperti ditampilkan dalam beberapa film tentang agen intelijen seperti james Bond, Ethan, dan lain – lain. Tentu setiap orang akan memiliki persepsi masing – masing sesuai pengetahuan dan pengalamannya masing – masing. Tugas intelijen pada dasarnya mengumpulkan informasi, menyortir informasi, mengolah dan menganalisa informasi, lalu menyampaikannya pada pengambil keputusan. Tentu semua akan diawali dengan sebuah perencanaan sebelum melakukan operasi intelijen. Termasuk penggalangan dalam rangka cipta kondisi “, ujar pemerhati Intelijen Dede Farhan Aulawi di Bandung, Kamis (3/12/2020).
Dari penjelasan di atas, maka Operasi Intelijen itu adalah kegiatan dalam mengumpulkan informasi yang valid dan bisa ditunjukan dengan bukti/ fakta untuk disampaikan pada pengambil keputusan. Tidak jarang jika data intelejen yang dikumpulkan ternyata tidak valid, bisa menyebabkan suatu operasi menjadi gagal. Lihat saja contohnya pada kegagalanOperasi Serangan Militer pasukan koalisi di Karbala pada tahun 2003. Pasukan Koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, mengerahkan 31 Helikopter Serang Darat AH-64 Apache. Helikopter tersebut merupakan helikopter terbaik yang dilengkapi sitem persenjataan dan sistem penjejak yang mutakhir. Dengan demikian seharusnya helikopter tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dengan sempurna, namun pada saat dikirimkan pada operasi tahun 2003 di Karbala, data intelijen yang memperkirakan kekuatan musuh tidak jelas, hasilnya justru kebalikannya 2 helikopter ditembak jatuh dan 29 lagi mengalami kerusakan parah. Jadi akibat kegagalan operasi intelijen dampaknya akan sangat luar biasa. Itulah sebabnya kecerdasan seorang agen intelijen menjadi sangat penting agar benar – benar bisa menyampaikan informasi yang valid. Ungkap Dede.
Kemudian Dede juga menjelaskan tentang istilah lain yang sering muncul dalamkamus intelijen, yaitu “Kontra-Intelijen” atau bisa diartikan “melawan intelijen”. Teknisnya tentu bermacam – macam, hanya saja pada prinsipnya bertujuan untuk mencegah atau mengecoh pihak lawan yang akan mengambil informasi. Hal ini dilakukan biasanya dengan cara menyebarluaskan informasi yang salah, meskipun dikemas seolah – olah informasi yang benar, agar “lawan” salah dalam melakukan kalkulasi perlawanan. Dengan demikian, boleh jadi kegagalan operasi intelijen suatu pihak karena adanya perlawanan “kontra intelijen” dari pihak yang lainnya. Dan kegagalan operasi intelijen pernah dialami oleh berbagai pihak, termasuk badan intelijen yang dianggap hebat sekalipun seperti badan Intelijen Israel yang bernama Mossad.
Coba saja pelajari kegagalan operasi intelijen Mossad pada April 1991 di Nikosia. Dimana pada saat itu, polisi Siprus berhasil menangkap empat agen Mossad yang berupaya menanamkan mikrofon di kedubes Iran di Nikosia. Polisi tersebut mulai curiga setelah mereka melihat dua pasangan yang seolah sedang berpacaran (4 agen rahasia) berada di sekitar gedung kedubes. Tidak hanya itu, di Mesir juga pernah mengalami kegagalan operasi intelijennya. Dimana saat itu jaringan rahasia Israel bertujuan menyabot hubungan Mesir dengan Barat pada saat Kairo menegosiasikan pengunduran diri Inggris dari Terusan Suez. Salah satu di antara sebelas agen ini bunuh diri di penjara. Dua lainnya dihukum mati lewat tiang gantungan sementara empat orang dibebaskan setelah menjalani 14 tahun masa hukuman di penjara Mesir.
“ Jadi dalam praktek di lapangan, operasi intelijen bersifat sangat dinamis tergantung situasinya saat itu. Kesemaptaan fisiknya harus diimbangi dengan kesemaptaan intelektual, serta keterampilan dan kemahiran dalam penggunaan berbagai peralatan intelijen berbasis teknologi mutakhir. Namun demikian, meskipun persyaratan tersebut telah terpenuhi, tetap saja dalam lembaran sejarah masing – masing lembaga intelijen, pasti memiliki catatan rahasia mengenai kegagalan – kegagalan operasi yang pernah dialaminya “, pungkas Dede mengakhiri perbincangan. (R/dfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar