Mesuji, jalosi.net – Bicara tentang Sastra tentu memiliki nilai tersendiri, sebab sastra keluar dari majinasi paling dalam, bukan hanya bualan atau curhatan biasa. Aral dan rintangan terus datang silih berganti, namun sastrawan dan sastrawati tetap dengan pendirian, sehingga goresan tinta terus mengalir diatas kertas berubah menjadi tulisan lekat akan arti.
Isbedy Stiawan ZS, dia adalah seorang Paus Sastrawan Provinsi Lampung, bait karya yang ia buat bukan hanya untuk mengisi imajinasi belaka, namun karyanya dapat menyajikan ilmu pengetahuan yang dalam, ditengah kehidupan manusia di dunia ini.
Di selasela usai acara pagelaran Seni dan Budaya yang digelar oleh Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung tepatnya di Dermaga Wiralaga, 3 November 2020, diriya didaulat sebagai Juri Cipta Puisi, Ya, dikesempatan yang sama, wartawan jalosi.net mengkonfirmasi Isbedy, tentang perjalanannya menjadi Sastrawan, berikut kisahnya;
“Setiap pengarang pasti mengalami kendala, dan itu pasti, namun kemudian kendala itu bukan menjadi pegahalang bagi seseorang ingin menulis, katakanlah seorang sastra, yang kemudian kendala itu dijadikan bahan pikiran yang murni untuk meahirkan sebuah imajinasi yang luar biasa, “Kata Isbedy. Selanjutnya Isbedy juga mengatakan.
“Banyak sastrawan maupun sastrawati pemula yang merasa menulis puisi panjang itu lebih baik ketimbang menulis puisi pendek, justru itu salah, kalau memang kita menulis Empat baris saja dan kita merasa itu kuat, ya kita hentikan menulisnya. Sebagaimana kita mainkan imajinasi, demikian pula dengan puisi, bukan bicara panjang dan pendeknya sebuah puisi, namun puisi akan bernilai ketika puisi kita mengandung makna yang kuat, “ujar Isbedy. Sementara Isbedy juga mengatakan.
“Waktu itu salah satu media yakni media seriti.com mengatakan kepada saya, Isbedy seperti Keterpan, Tiada hari Minggu tanpa Isbedy sebab media itu memuat karya sastra baik Puisi maupun Cerpen sementara saya, mengisi sastra tersebut setiap minggunya, sehingga saya medapatkan julukan itu, “Kata Isbedy.
Sejak tahun 1976, Isbedy telah memulai kariernya menjadi Sastrawan, ya, di RRI Tanjung Karang. Menginjak usia 20 tahun kala itu, Sebuah Cerpennya dimuat salahsatu Koran di Jakarta. Terkait dengan perjalanannya menjadi sastrawan suka dan duka terus menggelayut dibenaknya, berikut kisah suka dan dukanya Isbedy menjadi sastrawan.
“Suka Duka jelas sekali, terkadang kita harus merindu tanpa ujung. Istri pertama Puisi, Istri Pertama adalah Buku, nah itu, jadi itu bisa bermalammalam membaca. Sementara seniman tidak memiliki waktu jam selain Arloji dipergelangan tangan, itu lah Kisah Suka dan Duka menjadi Sastrawan, “ungkap Isbedy.
Sebagai catatan, Isbedy juga saat ditanya, bagaimana literasi sastrawan dalam upaya mendukung membangun Bangsa dan Negara melalui Sastra, menurutnya, Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan gerak sastra, sebagai mana bunyi yang terkandung di Lagu Indonesia Raya, “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya, Untuk Indonesia Raya” menurut Isbedy, dengan kandungan itu, tentu dimaknai dengan hayat yang murni, yaitu bangunlah jiwanya, spiritnya, baru pisikya atau badannya dibangun. Selayaknya WR Supratman, lagu itu dibuat sebelum Indonesia Merdeka, jadi jelas Sastra berperan untuk membangkitkan semangat membangun bangsa ini.
“Kita lihat saat ini bangsa kita selalu membangun pisik dan pisik, jelas kok, lirik lagu Indonesia Raya itu, siapa lagi yang akan membantah lagu itu, sebagai wujud sastra Indonesia, mutlak itu, ketimpangan yang terjadi, namun bukan berarti sastrawan harus surut di negeri ini, ini justru harus dibangkitkan dengan semangat lagi, sehigga peradaban jaman terus berimbang, “kata Isbedy.
“Karena Laut mengajarkan Rahasia Badai, Akupun Setia Berlayar, Kita Dilahirkan pasti akan Mati, namun Tuhan memberikan Kerahasiaan, Itulah Hidup, “Pungkas Isbedy.
Sastrawan Nasional, asal Mesuji, Marta La Batin, juga mengatakan, dirinya terus bergelut dengan sastra, dan berharap di Mesuji banyak penyair, dengan adanya Cipta Puisi yang di Gelar oleh Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Mesuji, dunia sastra dapat merasakan animo penikmatnya, "Jangan takut berkarya, Berkaryalah layaknya jiwa tertanam dalam tubuh, "Singkat Marta La Batin. (R/erwin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar