Tasikmalaya, jalosi.net - Tatkala semua kota di Indonesia bahkan di dunia dilanda kekhawatiran atas mewabahnya pandemi covid 19 yang terus merangkak dan merangsek ke seantero jagat, tapi ternyata tidak terjadi di sebagian daerah. Salah satunya di Desa Cisempur, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Tasikmalaya. Pesona kecantikan alam yang terkandung di dalamnya menggambarkan pesona alam yang luar biasa. Sungguh sesuatu yang patut disyukuri, dirawat dan dijaga untuk kelestarian dan kelangsungan hidup generasi selanjutnya. Indonesia secara umum memang sangat indah. Itulah sebabnya tidak sedikit bangsa – bangsa di dunia yang menaruh “iri” melihat keragaman hayati yang terbentang panjang. Begitupun dengan destinasi dan potensi pariwisatanya “, ujar Ketua Umum Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi ketika dimintai komentarnya di Jakarta, Selasa (7/7) seusai melakukan kunjungan ke sana.
Tim Prawita GENPPARI datang kesana dalam rangka menghadiri undangan untuk bersilaturahmi dan memotivasi para tokoh masyarakat termasuk tokoh pemudanya untuk mendorong terwujudnya desa Cisempur mejadi desa tujuan wisata. Pesawahan yang terbentang luas dengan irigasi yang baik menyebabkan tanaman padi tumbuh subur, meskipun kalau memasuki musim kemarau sistem pengairannya agak terganggu. Itulah sebabnya GENPPARI hadir untuk berdiskusi dalam rangka urun rembug mencari penyelesaian permasalahannya. Diskusi pun terlaksana di malam pertama kedatangannya dengan disambut penuh antusias oleh seluruh warga yang dilakukan di balai pertemuan masyarakat setempat.
Kemudian di sana pun ada goa yang cukup keramat dan menjadi magnet para peziarah dan penikmat wisata spiritual. Menelusuri jalan setapak, menembus hutan dan menapaki curamnya gunung nan terjal tidak menyurutkan niat untuk berkunjung ke goa tersebut. Setelah berjalan cukup jauh dan cukup melelahkan, dengan diiringi kucuran keringat yang menjadi saksi, akhirnya perjalanan menuju goa sampai juga. Dengan ditemani juru kunci alias “kuncen” dan beberapa tokoh masyarakat, semua berhasil masuk ke dalam goa dengan melalui mulut goa yang ukurannya relatif sempit. Malam yang hening dibalut temaran bulan purnama kala itu, menambah kesyahduan sebuah perjalanan napak tilas sehingga ucapan puji syukur kepada Allah SWT berulang kali terucap karena pesonanya sungguh sangat luar biasa.
Esok harinya setelah sarapan nasi dan ayam kampung yang lezat, tim Prawita GENPPARI melanjutkan perjalanan untuk meninjau lokasi lapang yang akan dijadikan lokasi wisata perkemahan. Begitupun di salah satu sisinya terbentang panjang sungai ciwulan dengan aliran sungai yang indah. Tidak hanya itu, pesisir sungai inipun memiliki magnet tersendiri karena hamir setiap harinya para pecinta mancing mania banyak yang datang ke tempat ini untuk memancing ikan. Ada banyak jenis ikan sungai yang terdapat di sepanjang bantaran sungai ini. Dan seperti biasa dialog dengan warga menjadi pemandangan rutin dan perjalanan panjang sebuah jejak juang pengabdian di bidang kepariwisataan. Semua warga yang hadir begitu khusyu dan antusias menyimak setiap uraian kata dan kalimat yang mengalir deras dari sang inspirator pembangunan desa, yang juga pakar kepariwisataan tersebut.
Tak lupa Dede menyampaikan bahwa pembangunan tempat wisata tidak boleh melupakan fasilitas umum yang harus disediakan, seperti mushola, toilet umum, atau pendopo sederhana untuk mengadakan pertemuan atau rapat – rapat. Untuk pembangunan fasilitas umum ini, warga sangat berharap adanya uluran tangan dari Pemerintah untuk membangun ketiga fasilitas tersebut yang diperkirakan sekitar seratus jutaan. Mudah – mudahan saja, Pemerintah tergerak untuk membantunya di tengah situasi yang sulit karena pandemi covid 19 ini. Ujar Dede.
Tak puas sampai sana perjalanan dilanjutkan ke gunung batu template. Di sinipun pemandangan tak kalah eksotisnya, meskipun harus hati – hati karena di sebelahnya terdapat jurang yang sangat curam dan tinggi, serta belum ada rambu – rambu pengaman sebagai prasyarat utamanya. Seorang kakek tua renta tampak sedang memahat lapis demi lapis batu. Ternyata kerentaan fisiknya tidak menghambat keperkasaan semangatnya. Heroisme semangatnya tidak kalah dengan gelora api untuk terus membangun kejayaan nusantara.
Selanjutnya kunjungan ke pusat agrowisata kopi. Tanaman ini tumbuh cukup pendek akan tetapi buahnya sangat lebat sekali. Haji Ahdi sebagai pemilik dan petaninya menjadi inspirator sejati petani Kopi di Tasikmalaya ini, yang juga memiliki ladang kopi cukup luas di propinsi Lampung. Pengalaman praktis empirisnya di bidang perkebunan kopi, tidak akan kalah dengan mereka yang mendalami ilmu akademis. Sarana infrastruktur jalan yang terbatas tidak pernah menyurutkan niatnya untuk terus membangun negeri dengan keteguhan hati jalani profesi petani. Akhirnya tak terasa, matahari sudah bergeser ke ufuk barat menunjukkan hari sudah semakin sore.
Belum habis rasa lelah ini mereguk sejuta pesona tatar Sunda di Tasikmalaya, undangan lain datang dari desa sebelah tepatnya Desa Setiawaras yag meminta untuk dikunjungi mengenai wisata goa dan air terjunnya, agar GENPPARI bisa memberi saran dan masukan dalam tata kelola objek wisata agar lebih baik lagi. Saat memasuki goa, rasa takjub, kagum dan syukur atas pesona perut bumi ini sangat indah sekali. Namun sayang sekali belum berkesempatan melanjutkan ke objek air terjunnya, karena hari sudah semakin larut malam, menandakan harus kembali ke peraduan di kota Bandung. Semoga jejak lelah pengabdianmu dalam memajukan pariwisata Indonesia, mampu membakar gelora semangat generasi muda untuk semakin mencintai negeri tercinta ini. (R/ist/dfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar