Selasa 1
Desember 2015
Bandar Lampung,
Lampung, Indonesia
###Cinta
bukanlah hal yang sangat sulit di mengerti akan tetapi hubungan kasih asmara
bisa terjalin dengan baik bila keduanya mampu memberikan rasa kenyamanan,
saling percaya, setia, tidak menuntut sempurna, jika semua itu terbangun maka
hubungan kisah kasih akan indah dirasakan, namun sebaliknya hubungan akan
semakin rumit dan tidak dimengerti apa bila keduanya saling menuntut
kesempurnaan.
Bahtera cinta kasih tidak lepas dari
materi, akan tetapi patut di ketahui materi tidak dibutuhkan dalam sebuah
hubungan, sebab cinta yang suci bukan lahir dari materi melainkan tumbuh dari
hati nurani, namun materi akan dibutuhkan untuk memberikan warna dalam
hubungan, jika hubungan dilandasi dengan materi niscaya hubungan itu tidak akan
berlangsung bahagia justru akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan diperparah
lagi keretakan dan putusnya hubungan. Cinta tidak membutuhkan janji akan tetapi
cinta membutuhkan pembuktian yang mendasar dan ikhlas, sebab cinta adalah
karunia dari ilahi yang hadir dari hati, dan akan terwujud sebuah cinta suka
sama suka bila perasaan insan menemukan seseorang untuk dijadikan tambatan
hati, dari situlah kejujuran itu murni terlihat, oleh sebab itu jagalah cinta
yang telah ada di dalam hati, jangan pernah permainkan rasa cinta jika tidak
ingin merasakan sakit hati ###
-Senja
di tepian kota Bandar Lampung, terlihat kelip lampu dan drum-drum jalanan
berderang menghiasi keramaian jalan kota, sekitar pukul 17:05 wib, kemuning
matahari telah sirna di upuk barat. Gontai tangan perlahan lesu, sebatang rokok
terselip di jari, yang enggan di sulut. Sebut saja Bayu pandangan lepas menuju
harapan, aktifitas yang telah di lakoninya seharian tampak membuat pucat
wajahnya. Di penghujung trotoar pembatas jalan terlihat kedai Jus susu beragam jenis rasa buah segar tepatnya di sudut
Lapangan Merah - Enggal, Bayu terus menatap dan mencari kursi yang kosong,
terlihat dua buah kursi telah di tinggalkan pelanggan setia kedai susu aneka
rasa buah, bergegas Bayu menuju kursi tersebut, setibanya ia di sana, dengan
memetik jari isyarat memanggil pelayan kedai. Tidak menunggu lama pelayan
datang, dan Bayu dengan senyum memesan segelas Susu dengan rasa Durian.
"Mas
pesan Susu rasa Durian satu ya , "ujarnya sembari
menunjukan buku menu kepada pelayan. Dengan
senyum si pelanyan menganggukan kepala tanda mengiyakan permintaan Bayu.
"Iya
mas tunggu sebentar ya, "jawab pelayan singkat. Tidak terlalu lama, Jus
Susu rasa Durian pun tiba, dengan santai si pelayan mempersilahkan untuk
menikmati pesananya. Seruputan pertama dengan santai Bayu menikmatinya, lalu ia
menyulut sebatang rokok yang sedari tadi ia pegangi. Kepulan asap mulai
memadati wajahnya yang pucat terbakar oleh sengatan matahari, dengan wajah yang
lusuh terlihat lelah begitu sempurna saat ia menghisap rokok, asap seakan di
buai olehnya.
Waktu
terus berlalu jarum jam menunjukan pukul 20:15 wib, sontak membuat Bayu
terkejut kala melihat Arlojinya, "hah jam delapan lewat,
"gumam Bayu dalam hati. Ia pun beranjak dari duduknya kemudian membayar
bonnya kepada kasir. Dering telepon dari ponsel genggamnya berdenting, dengan
sigap dirinya lalu merogoh kocek, di lihat panggilan masuk, panggilan tersebut
dari seorang sahabat dekatnya yaitu Aji,
yang merupakan rekan kerja sekantor, percakapan singkat pun terjadi
diantaranya.
"Bro
dimana loe?, "tanya Aji singkat.
"Gua
di Bandar Lampung, nah loe dimana?, "jawab Bayu seraya berbalik tanya.
"Gua
juga Bandar Lampung, gua mau main kerumah loe sekarang,
"tukas Aji menerangkan.
"Ya
sudah loe langsung ke rumah gua, soalnya gua lagi di jalan mau balik kerumah,
"Bayu membalas percakapan. Komunikasi pun terputus, perjalanan sekitar 15
menit Bayu pun tiba di rumah, terlihat Aji telah menunggu dengan sabarnya,
sapaan demi sapaanpun terlontar oleh kedua remaja tersebut saat berjumpa.
"Sudah
dari tadi loe sampe?, "tanya Bayu ramah.
"Barusan
aja kok, asli belum lama, "sahut Aji. Bayu pun melontarkan senyum di
tengah remang, sembari membuka kunci pintu rumah. Setibanya di dalam rumah,
suasana cengkrama pun tiada henti, keakraban keduanya memang telah terjalin
sejak tahun 2012 lalu saat bersama-sama mengikuti rapat yang ditentukan oleh
Management perusahaan.
Malam
terus tergerus oleh waktu, kantuk kedua remaja itu pun mulai menggelayuti
pelopak mata, yang akhirnya tanpa disadari, tertidur dengan pulas di atas alas
tidur yang sangat sederhana.
Kokok
ayam jantan mulai terdengar, menadakan pajar telah menampakan diri, rotasi bumi dan planet di dunia
berputar, malam pun berganti siang, terlihat kedua remaja itu tampak menggeliat
bangun dari tidurnya.
"Wah
sudah siang dunia ini, "lirih Bayu sembari melihat sahabatnya, Aji pun tersenyum saat mendengar perkataan Bayu
yang sayup-sayup.
"Mandi
sono, "ujar Aji memerintah.
"Ntar
ajalah, "sahut Bayu.
Seiring mentari menerobos jendela Bayu
beranjak dari tidurnya, ia pun langsung menuju dapur lalu membuat kopi kesukaan
Aji sahabatnya itu, sembari menunggu air mendidih Aji yang masih menikmati
kantuk.
"Wiih
baik banget ya temen gua satu ini, buatin kopi, hehehehe, ini baru temen gua
best friend, "kelakar Aji santai.
"Nah
dia nih, loe kan tamu kehormatan, jadi gak ada salahnya gua buatin kopi buat Aji,
"sahut Bayu berbalas.
"Hahahahaa,
hemm, "tawa Aji.
"Hemmm.
Keduanya
asyik bercengkerama, berselang beberapa menit kemudian, kopi pun tersaji,
seruput demi seruput terdengar, sengatan matahati kian nyentrik di kulit, siang
itu tepat pukul 11:00 wib. Sesaat kemudian setelah selesai mandi kedua remaja
tersebut meninggalkan rumah, hendak menuju ke Kabupaten Pesawaran tepatnya di Kecamatan Gedung Tataan.
Diperjalanan
Bayu yang di bonceng oleh Aji tampak diam, terasa beban pikiran menyelimutinya,
benar saja beberapa waktu yang lalu Bayu bertemu dengan seorang dara mengenakan
kerudung sebagai hijab seorang wanita, kala itu dirinya sedang melakukan aktifitas
nya sebagai Wartawan yang bertugas di Provinsi Lampung.
Sementara gadis tersebut belum sempat ia ajak kenalan, sepintas paras gadis itu
selalu terpancar dalam ingatannya.
Kegundahan itu terang saja selalu
menyelimutinya, gadis yang ia lihat sosok idamannya, kendati belum mengenalnya
namun hati dan pikirannya terus bertanya-tanya siapakah gerangan gadis itu. Tak
pelak Bayu memiliki pengalaman unik saat ia melihat gadis idamannya di sebuah
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Lampung, di saat yang bersamaan Bayu sedang
meliput kegiatan yang diselenggarakan oleh insntansi vertikal Pemerintahan Provinsi Lampung yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Lampung sebab Bayu sebagai
Jurnalis yang bertugas di wilayah itu, akan tetapi belum sempat memperhatikan
gadis itu secara seksama hanya saja sepintas lalu.
Saat itu Bayu sedang meliput kegiatan
Rangkaian Proses Pemilihan Kepala Daerah di Wilayah Provinsi Lampung, yang mana
Bakal Calon Kepala dan Bakal Calon Wakil Kepala Daerah harus mengikuti proses
pemeriksaan Rohani di RSJ Provinsi Lampung yang terletak di Kabupaten Pesawaran.
Pertemuan yang begitu singkat membuat
Bayu enggan meninggalkan rasa ingin tahunya itu, sejak pertama kali dirinya
melihat gadis tersebut tampak berseragam salah satu instansi vertikal di Pemerintahan Kabupaten Pesawaran - Lampung. Saat itu bertepatan
tanggal 28 Juli 2015 pertama Bayu melihatnya. Waktu terus bergulir mengikuti
porosnya, siang berganti petang, Bayu pun meninggalkan RSJ dengan sedikit
kecewa. Kendaraan yang dikendarai kedua remaja itu pun melaju tanpa henti,
setibanya di depan RSJ, Bayu kembali ingat akan wajah gadis yang dilihatnya
saat itu, perlahan Bayu
membuka obrolan kepada Aji, dengan tujuan menghilangkan gundah yang di rasanya.
"Apa
kegiatan besok ya?, tanya Bayu dengan nada datar.
"Ya
santai aja lah di rumah, mau kemana lagi, "timpal Aji singkat.
Perbincangan keduanya pun terputus, tidak terasa sengatan matahari kian terasa
di kulit. Lintasan beraspal terus mengering hembusan angin tidak lagi bisa di
nikmati, semakin melaju kendaraan roda dua yang di kendarai Aji bersama Bayu
pun tiba di Gedung Tataan, yang merupakan daerah tempat tinggal Aji.
Setibanya di rumah Aji pun langsung merebahkan tubuhnya yang lelah, sementara
Bayu masih termenung dan iapun hendak bertanya kepada Aji, namun apalah daya,
Aji yang kala itu tidak tahu, Bayu pun hanya diam termangu.
Detik
jarum Arloji terus berputar tanpa lelah melayani waktu, kelelahan setelah
menempuh perjalanan, Bayu pun dengan santai menyandarkan punggungnya di sisi
almari, bising riuh acara televisi membuatnya sedikit terhibur, senyum kecil
terlihat dari bibirnya, sementara Aji asyik bermain dengan Gadgets nya. Jauh
pandangan mata yang kosong membawa Bayu dalam buaian lamunan, "siapalah
gadis itu ya, jadi kepikiran terus, ah siapa tau besok dia ada lagi di rumah
sakit, besok itu kan jadwalnya calon kepala daerah Kabupaten Pesawaran, siapa
tau aja di ada, "pikir Bayu dalam hati
seraya bertanya dengan dirinya sendiri. Senyum simpul dari bibirnya ia tidak
menyadari bahwa Aji memperhatikannya sejak ia terdiam, dengan lirih Aji pun
memecahkan keheningan di antaranya.
"Kenapa
loe bro?, senyum-senyum sendiri, parah loe ini, "gurau Aji.
"Ah
biasa aja, inget sesuatu aja, agak pribadi sih, hehehe, "jawab Bayu
singkat.
"Hayo
lagi kasmaran ya?, kejar Aji ingin tau.
"Kasmaran
sih nggak, cuman aneh aja gitu, biasalah, namanya juga, ... "Bayu nggan
meneruskan perkataannya.
Gak asyik loe nih, woy inget, gawean
banyak, sebiji belum ada yang di kerjain, "ucap Aji seraya mengingatkan.
"Hemmm,
iya juga ya, "lirih Bayu sembari manyun.
Waktu
terus bergulir pada porosnya, sayup-sayup terdengar suara Adzan Mahgrib
berkumandang, kedua remaja itu tampak masih asyik memainkan ibu jari di atas
tombol (keyboard) HandPone nya masing-masing, keaktifan ibu jari merekapun
ternyata keduanya sedang bergelut dengan imajinasi untuk membentuk sebauh
artikel berita yang akan di sajikan kepada publik, melalui perusahaan pers
media online tempat keduanya melakoni profesi jurnalistik. Kesibukan
diantaranya pun terhenti saat kumandang Adzan Sholat Isya menggema, terdengar
samar suara lirih keluar dari bibir Bayu.
"Syukur
deh kerjaan gua masih banyak, cape otak gua, mau mandi dulu lah gua, "kata
Bayu sembari menggeliat. Aji pun diam seakan tak mendengarkan perkataan Bayu,
ia pun terus membuat artikel, tanpa menghiraukan Bayu. Seusai mandi Bayu pun
kembali duduk santai sambil menikmati segelas kopi, lalu kembali mengemas huruf
untuk di jadikan sebuah artikel berita. Satu persatu artikel terkirim melalui
via pesan e-Mail pribadi, setelah usai membuat artikel berita kantuk mulai
menyerang pelopak mata, dengan diam-diam Aji beranjak dari rebahannya menuju
tempat tidur, selang beberapa saat Aji pun terlelap. Tidak terkecuali Bayu,
meskipun pupil dimatanya telah menciut, dirinya enggan tertidur, tinggalah dia
seorang diri di ruang tamu, suasana yang hening hanya terdengar suara jangkrik
yang berderik memecahkan sunyinya malam, diapun beranjak dari tempat duduknya
lalu menyusul Aji ke kamar, untuk beberapa saat diapun terlelap.
Keesokan
harinya Bayu kembali melakoni aktifitasnya sebagai Jurnalis, siang itu, sekitar
pukul 11:20 wib dirinya meliput di RSJ, di saat yang bersamaan dirinya pun
kembali teringat wajah gadis yang ia jumpai kala itu, dengan langkah penuh
harapan, dari kejauhan tampak terlihat sosok wanita berkerudung unggu, sedang
berdiri di sudut lobi Rumah Sakit, kendati kerumunan orang terlihat lalu lalang
melintasi lobi-lobi rumah sakit, pandangan Bayu tetap tertuju pada perempuan
yang berkerudung unggu dengan harapan wanita itu orang yang selalu mengganggu
pikirannya, terang saja benar, pucuk di cinta ulam pun tiba, seolah tidak
memperhatikan, Bayu pun berdiri tidak jauh dari gadis itu berdiri. Sesekali
Bayu memperhatikan wanita itu, tanpa di sadari gadis itu pun memperhatikan
dirinya, dalam hati gadis itu pun berkata, "itu cowok keren
banget sih, mana putih lagi, rambutnya, hemmm, siapa ya dia itu, "tanyanya
dalam hati. Hal yang sama pun di rasakan oleh Bayu, "asli
ini cewek yang gua liat beberapa waktu lalu, sebenarnya dia itu siapa tugas di
instansi mana, "tanyanya dalam hati. Selang beberapa saat pandangan keduanya
pun terpokuskan oleh seorang kandidat calon kepala daerah yang telah seselasi
mengikuti pemeriksaan rohani di ruang specialis, kerumunan awak media pun tak
terelakan lagi demikian pula Bayu sesekali Bayu memperhatikan wajah ayu yang
tak lain adalah Cantika wanita yang belum sempat ia kenal namun telah
mengganggu pikirannya sejak lama, tampak gadis itu masih berdiri tidak berada
jauh dari Bayu.
"Hai
mbak, tugas di mana?, tanya Bayu lirih seraya memberanikan diri.
"Saya
dari lembaga pengawas pemilu, "jawab gadis itu sembari tersenyum. Bayu pun
membalas senyuman sambil mengangguk-anggukkan kepala, kemudian perlahan ia pun
berlalu pergi, menuju lobi tepat di taman interior rumah sakit, setelah selesai
membuat artikel berita, sontak dalam hatinya bertanya, "nah
gadis itu siapa namanya, waduh, loe ini gimana Bayu - bayu, “Sesalnya
dalam hati. Tidak menunggu lama ia pun beranjak dari tempat duduknya hendak
menemui gadis itu, dari kejauhan tidak melihat satu pun orang mengenakan
kerudung di area lobi, dirinya hanya mampu menarik nafas panjang saat ia sadari
gadis idamannya telah pergi, "nah kemana cewek itu, kok sudah tidak ada
lagi, "tanyanya dalam hati sembari tertunduk lesu. Dengan rasa kecewa
diapun istirahat di sebuah kursi ruang tunggu, waktu terus berlalu, temaram
matahari nyaris tenggelam di upuk barat, Bayu pun memutuskan untuk pulang
mengakhiri aktifitasnya. Pertemuan Bayu yang begitu singkat membuat asa dalam
hati nya sedikit lega, namun pertanyaan demi pertanyaan pun terus menggerogoti
pikirannya.
Hari
berganti Minggu, sepekan sudah berlalu, siang itu Bayu kembali berkunjung ke
kediaman Aji.
Tok-tok-tok, terdengar suara ketukan
pintu.
"Asalamualaikum,
asalamualaikum, "salam Bayu sembari mengetuk pintu rumah Aji.
"Waalaikumsalam,
bentar, "sahut sesorang dengan suara ciri has pria. Untuk beberapa saat
kemudian pintu pun terbuka, terperanjat Aji saat melihat Bayu telah berdiri
tegap tepat di depan pintu.
"Eh
loe bro, kirain siapa, tiba-tiba bertamu gak ada kabar sebelumnya, "sapa
Bayu dengan nada datar.
"Iya
nih, maklumlah, bete di rumah sendirian, "sahut Bayu sembari nyengir.
“ya
sudah ayo masuk, “ajak Aji kepada Bayu. Cengkerama keduanyapun terdengar riang
menggelitik telinga.
Pagi
yang cerah embunpun hilang di serap sinar mentari, tampak terlihat dua orang
gadis yang tak lain Cantika dan Ratih, keduanya adalah dua saudara, kakak adik,
terlihat Cantika berpakaian rapi
mengenakan baju biru tua ciri khas pakaian dinas di sekretariat Panwaslu
kabupaten Pesawaran.
Waktu menunjukan pukul 07:15 wib
Cantika pun bersiap menuju kantor guna menuai aktifitasnya sehari-hari, seperti
halnya itu, Ratih pun tampak mengenakan
baju batik seragam sekolah, saat itu Ratih sedang duduk di kursi kelas XI di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pelita Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran, sayup
terlihat ibu paruh baya membuka jendela teras depan rumah, dengan samar
terdengar suara serak.
"Kenapa
kalian belum berangkat, ini sudah siang anak-anakku, "tanya ibu paruh baya
itu kepada anaknya.
"Ia
Ma, ini dah siap berangkat, "sahut Cantika pada ibunya.
Perlahan sepeda motor yang di
kendarai kedua dara itu pun meninggalkan halaman rumah dan berlalu dari
pandangan ibu paruh baya yang merupakan ibu kandung dari Cantika dan Ratih.
Setelah mengantar Ratih ke sekolah Cantika pun langsung menuju ke kantor. Di
perjalanan, Cantika terus berinteraksi dengan pikirannya, yang kala itu dirinya
sedang memiliki masalah dengan kekasihnya. Setibanya di kantor ia pun bertemu
dengan kekasihnya, pertengkaran hebat pun terjadi di antara mereka, sehingga
keduanya memutuskan untuk tidak menjalin hubungan.
Waktu
terus tergerus, siang itu Cantika yang sedang gulana, tanpa sadar ia tersirat
wajah pria berambut ikal panjang yang tak lain Bayu saat di RSJ. Dalam hatinya
tak ayal lamunan pun menghampiri Cantika. "Sebenernya itu
siapa lah sepertinya dia Wartawan Provinsi Lampung, tapi kok dia ada di
Pesawaran, ah siapa tau Aji paham dengan cowok itu, mungkin saja,
"lamun dalam hatinya seraya bertanya. Lamunan Cantika pun masih terus berselancar dalam benaknya, tak lama
kemudian kembali tersirat persoalan yang di hadapinya saat bertengkar dengan
kekasihnya, sehingga bibir cemberut pun sangat nampak sekali, tanpa di sadari
buliran air matanyapun berlinang di sela hidungnya. Kesedihan Cantika pun membawanya pada puncak lemah tanpa ada
asa. Tidak menunggu lama Cantika pulang dari kantor, ia pun pamit dengan kepala
Sekretariat untuk minta izin pulang lebih awal, dengan dalih dirinya sedang
tidak sehat, tanpa pikir panjang Cantika beranjak dari tempat duduk lalu berpamitan
untuk pulang. Di atas kendaraan Cantika membawa perasaan yang tidak menentu,
bicara sendiri di atas kendaraan pun tanpa ia sadari, "emang
siapa dia, seenaknya nyakitin perasaanku, tidak akan pernah saya mau balikan
lagi sama dia, yang telah membuatku sakit hati, "ucapnya
spontan, diperjalanan sendu hati kian menghujat pikirannya, sehingga setiap
sapaan yang di lontarkan oleh orang-orang yang mengenalnya pun terhiraukan.
Hari
berganti hari, saat Cantika sedang aktif melakoni aktifitasnya di kantor,
dengan pelan tanpa sapa Aji mendatangi Cantika, hendak mengejutkan dirinya,
akan tetapi niat Aji gagal, sebab Cantika mengetahui kedatangan Aji dan
tiba-tiba Cantika menyapa, Dian pun menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya
tidak gatal, hanya untuk mengalihkan niatnya.
"Ngapain
loe Aji di sini pagi-pagi?, tanya Cantika lantang.
"Eh
jeng Cantika, hehehe, "singkat Aji sembari tertawa lirih. Cantika pun
berhenti dalam aktifitasnya, kedua remaja itu pun terlibat perbincangan serius,
tanpa ragu Cantika pun bertanya kepada
Aji ikhwal pria yang ia lihat di RSJ kala itu.
"Eh
dian, loe tau nggak dengan Wartawan Provinsi yang ngeliput acara pemeriksaan
Rohani para Calonkada di RSJ, orangnya miriplah sama loe, beda sih, "tanya
Cantika ingin tahu.
"Walah
loe nih nanya apa ngasih tau?, timpal Aji yang tidak mengerti.
"Ah
dia nih lo, bikin bete gua aja, gua nih serius, loe tau nggak siapa dia?,
ungkap Cantika dengan nada datar.
"Ya
mana tau gua Cantika, tanya tuh kasih tau ciri-cirinya gimana, main tanya aja,
repot amat hidup loe ini Cantika, "ujar Aji seraya meledek.
"Hemm,
dia itu putih, rambutnya agak panjang, rapi, perawakan gak jauh sama loe, gitu
lo, dia itu wartawan Provinsi kayanya, "ujar Cantika menjelaskan. Tanpa ragu Aji pun menjawab
seakan benar adanya yang akan ia beritahukan, terang saja jawaban Aji tidak
salah. Sebab Aji tau persis ciri-ciri laki-laki yang di sebutkan oleh Cantika
itu tak lain adalah sahabat karibnya.
"Itu
Bayu namanya, dia itu wartawan Provinsi sedang tugas liputan untuk Calonkada
pada proses tahapan pemilu termasuk tes kejiwaan di RSJ, emang kenapa?,
"jawab Aji berbalik tanya.
"Nggak
apa-apa sih pingin tau aja, "kata Cantika sembari senyum kecil. "Oh
Bayu to namanya, hemm, "katanya dalam hati. Di saat yang sama Aji pun tampak heran melihat Cantika yang
tersenyum sendiri sembari melihat lantai.
"Ah
udah lah, gua mau pergi dulu, "kata Aji tiba-tiba.
"Ya
udah sono pergi, makasih ya infonya, "ujar Cantika mengucapkan
terimakasih. Aji tak menjawab hanya menganggukan kepala tanda mengiyakan
perkataan Cantika, dan ia pun berlalu dari pandangannya. Cantika pun kembali
menggeluti huruf dan angka yang ada di Laptopnya sebagai materi tugas yang
harus ia selesaikan.
Minggu
ke 4 bulan Juli 2015 Bayu kembali berkunjung ke rumah Aji, siang itu tampak
ramai sekali di rumah Aji, Bayu tiba.
"Assalamualaikum...
Terdengar salam dari Bayu, Aji pun
tidak tahu kalau sahabatnya itu berkunjung ke rumahnya.
"Waalaikumsalam.
Sahut berbalas salam.
"Nah
loe bro, sama siapa loe kesini?, ayo masuk, "tanya Aji sembari mengajak.
"Sendiri
bro, biasalah kangen ama loe, dah lama juga gak ketemu, "ramah Bayu.
"Ia
juga sih. Hehehe.
Perbincangan keduanya pun semakin
asyik. Tanpa di sadari Bayu pun saat itu tampak asyik sekira tanpa beban.
Tiba-tiba Aji berucap.
"Bro
loe di tanyain sama Cantika, cewek yang
kerja di Panwaslu Pesawaran, kapan itu gua ketemu sama dia di kantornya, dia
nanyain loe, ya gua kasih tau aja bahwa loe itu Bayu, "Aji memberi tahu.
"Cantika
itu yang mana bro?, siapa dia?,
"Itu
lo yang, ... ah payah ngejelasinnya, pokoknya dia itu ikut Calonkada di RSJ,
ini nih pin BlackBerry Messengernya, "ucap Aji sembari memberikan pin
kontak milik Cantika pada Bayu.
Tidak menunggu lama Bayu pun langsung
invite pin tersebut, saat di terima Cantika, ia pun kaget, dan berkata dalam
hatinya, "inimah cewek itu, hemm,,, tenyata Cantika namanya,
"gumamnya dalam hati.
Dalam
kenyataan rasa ke dua remaja itu pun berlanjut pada komunikasi via telepon cellular,
sejak di bagunnya komunikasi oleh Bayu, hubungan komunikasi terlihat tidak
begitu berjalan baik, ilmu cuek masa kini pun masih kentara sekali di atara
keduanya. Menimbang kominikasi yang sulit di bangun Bayu pun sempat memutuskan
untuk tidak mengharapkan Cantika sebagai tambatan hatinya, namun hal itu tidak
serta merta ia lepas kontak dengan Cantika, senyum terurai di bibir Bayu
menghadapi sikap Cantika yang begitu dingin terhadapanya, akan tetapi Bayu
sadar bahwasannya Cantika saat itu sedang mengalami kekecewaan yang amat sangat
di hatinya, setelah memutuskan hubungan dengan kekasihnya yang kala itu dan
hingga kini masih satu profesi dan di kantor yang sama.
Seiring berjalannya waktu Cantika pun
memutuskan untuk kembali ceria di atas segala kekecewaan yang sempat ia alami.
Di sela-sela kesibukannya tersirat ingin bermanja-manja, namun hal itu tidaklah
mudah ia lakukan sejak mengalami kekecewaan, seolah semua pria sama seperti
mantan kekasihnya.
Warna
senyum terurai seiring berjalannya hari, canda dan tawa terlihat riang dari
wajah Cantika saat bergurau dengan Ratih, sebab Ratih merupakan teman sekaligus
adik, bagaimana tidak intensitas hati seorang wanita begitu sensitif terhadap
persoalan asmara, ya tidak dapat di pungkiri kisah cinta Cantika tidak begitu
indah dan berjalan mulus sesuai dengan keinginannya, harapan hati ingin bahagia
namun kecewa yang di dapat. ‘Begitulah cinta deritanya tiada akhir’ seperti
sair yang di ucapkan oleh Panglima Perang Tian Feng (Pat Kay).
Malam
yang terus tergerus oleh waktu, mata indah Cantika mulai sayu di serang kantuk,
tepat pukul 21:15 wib dering telepon genggamnya berbunyi, sontak ia pun melihat
layar ponsel, ia pun nggan menjawab panggilan tersebut, yang tak lain Bayu pria
yang belum sempat ia kenal lebih dekat, dering ponsel pun terputus tanpa ada
jawaban, satu sisi Bayu pun hanya bisa menghela nafas saat telfonnya tidak
mendapatkan jawaban dari Cantika. Setelah dering ponselnya berhenti Cantika pun
berucap lirih seraya bertanya-tanya, "ngapainlah telfon malem-malem gini
ganggu istirahat aja, "katanya lirih sembari menarik selimut. Diwaktu yang sama Bayu
pun bergumam dalam hati, "ini cewek dingin banget sih, hemm,
"katanya dalam hati sembari senyum kecil.
Keesokan
harinya aktifitas yang padat menghampiri Bayu, terik matahari sungguh menyengat
kulit, dalam kesibukannya tersirat wajah ayu di balik kerudung yang tak lain
Cantika gadis yang ia lihat di RSJ kala itu, ia pun mengemas artikel, siang itu
tampak begitu melelahkan, sekitar pukul 15:20 menyempatkan diri menyapa melalui
pesan singkat (sms) sekedar bertanya.
"Met
siang, sedang apa nih?, "tulisnya singkat. Setelah pesan terkirim belum juga ada
balasan yang di terima, Bayu pun meneruskan aktifitasnya, hari semakin sore
Bayu memutuskan untuk pulang, sebab dirinya merasa kurang enak badan. Setibanya
Bayu dirumah tanpa menunggu lama iapun mengambil kotak P3K, mencari obat Paracetamol,
setalah diminum ia pun langsung rebahan tanpa menghiraukan tugasnya yang begitu
banyak belum dia selesaikan. Tidak terasa panas dingin di tubuhnya kian
menjadi, meski sempat tertidur efek obat yang dia minum, namun kondisi tubuh
yang kelelahan membuat demam menghampirinya, sekitar pukul 17:35 wib Bayu terbangun suhu tubuh yang meningkat membuatnya
gelisah ia pun bergegas ke rumah sakit terdekat untuk memeriksakan diri ke Dokter,
setibanya di Rumah Sakit Griya Husada yang tidak jauh dari rumahnya.
"Selamat
sore pak, ada yang bisa kami bantu?, "tanya suster di meja recapcionis.
"Iya
nih Sus, badan ku terasa berat banget, "sahut Bayu singkat.
"Tunggu
sebentar ya pak, saya panggilkan dokternya dulu, "kata Suster tersebut.
"Bapak silahkan tunggu sebentar, di ruang tunggu, dan tolong di isi
formulir pasien, "ucap suster itu sembari menyodorkan kertas berwarna
jingga. Setelah mengisi formulir Bayu pun duduk di ruang tunggu, beberapa saat
kemudian, seorang suster yang berbeda menghampirinya.
"Bapak
Bayu ya?, tanya suster itu dengan ramah, yang kebetulan di ruang tunggu memang
tidak begitu ramai.
"Iya
saya sendiri, ada apa ya sus?, jawab Bayu berbalik tanya.
“Mari
keruang pasien, dokternya sudah menunggu, "ajak suster itu. Tanpa menjawab
Bayu pun beranjak mengikuti langkah suster yang menuju ruang pasien. Setibanya
di dalam terlihat dokter berpose cerah di perkirakan usia baru mencapai 40
tahun. Dengan ramah dokter Anton menyapa sembari melepas kacamata yang di
kenakannya.
"Sore
bapak Bayu, silahkan duduk, "sapa dokter Anton ramah sembari menyilahkan
Bayu duduk di hadapan meja nya. Setelah duduk Bayu kembali di serang pertanyaan
layaknya di intograsi dari aparat kepolisian. Namun hal itu bukan lah
semata-mata pertanyaan mengintimidasi atau hal lainnya bersifat kriminal, namun
bidang kesehatan, Bayu dengan jujur menjawab.
"Apa
yang di rasakan pak?, tanya dokter Anton.
"Badan
ini terasa sakit semua, lalu ngilu sampai ke sumsum, kulit bila di sentuh
begitu hangat dok, "Bayu menjelaskan.
“Oke
mari ke ruang pemeriksaan, "ajak dr. Anton. Bayu pun beranjak mengikuti
dr. Anton. Setibanya di ruangan Bayu pun langsung berhadapan dengan mesin
pendeteksi organ tubuh. Sistem pemeriksaan radiologi memang tergolong alat
canggih, tak heran bila organ tubuh yang bermasalah dengan Fungsi kesehatan
dapat di lihat, hasil scaning dapat di lihat dari monitor layar kaca, seolah
tidak merasakan, sakit namun dia sangat terkejut saat dr. Anton menjelaskan
hasil lab yang di lakukannya.
"Bapak
Bayu jangan kaget ya, harap rileks dan tenangkan emosi, "kata dr. Anton
lirih sembari melepas kacamatanya. Bayu pun terdiam tak terkata-kata. Namun
dengan rasa penasaran yang begitu hebat Bayu pun memberanikan diri untuk
bertanya.
"Memangnya
ada apa dengan organ tubuh saya dok?, tanya Bayu ingin tahu.
“pengembangan
paru-paru, sel pembuluh darah di paru-paru anda mengalami penyebaran sel darah,
"dr. Anton mengungkapkan.
"Apa
dok?!!!, "Bayu sontak duduk dan lesu mendengar penyataan dr. Anton.
"Sabar
pak Bayu, "ucap dr. Anton lirih. Bayu hanya terdiam. Tak terasa terlihat
sembab mata Bayu berkaca-kaca. Dr. Anton pun tidak berdaya melihat Bayu yang
sayu di hadapannya. Terbesit dalam hati Bayu, hidup seorang diri di tanah
perantau membuatnya semakin pedih atas apa yang ia alami, kendati demikian Bayu
tetaplah Bayu yang hanya bisa bertahan dalam keadaan serumit apapun. Dering bel
suster terdengar, isyarat dari dr. Anton terhadap susternya, ketukan pintu
lirih pun terdengar.
"Tok-tok-tok,
"ketuk suster.
"Masuk!,
"perintah dr. Anton.
"Suster,
tolong siapkan ruangan pemeriksaan, untuk bapak Bayu termasuk perlengkapan
dokter, "ujar dr. Anton memerintah. Suster itu pun segera bergegas
menyiapkan ruangan pasien.
"Bapak
Bayu, mari saya periksa dulu, denyut jantung dan aliran darahnya, "lirih
dr. Anton. Bayu tidak menjawab ia hanya bisa mengikuti kata dr. Anton yang
menanganinya. "Bapak punya keluarga atau sanak family di sini, saya lihat
dari tadi bapak sendirian?, "tanya dokter Anton ingin tahu.
"Tidak
punya dok, saya sendirian di sini, saya tidak punya siapa-siapa di sini,
"jelas Bayu. Dalam keadaan drop Bayu tetap tersenyum menghadapi penyakit
yang di deritanya. Untuk beberapa saat kemudian Bayu pun berbaring di atas difan
pasien, belum sempat Bayu di periksa, Bayu mengalami kejang yang begitu hebat,
yang mengkibatkan spot aliran darahnya tidak stabil, hal itu di sebabkan
banyaknya pembuluh darah yang menyelimuti paru-paru. Dengan sigap dr. Anton
mengambil tindakan medis yang di bantu oleh dua orang suster. Proses penanganan
yang begitu cepat, Bayu pun akhirnya kembali normal, dr. Anton pun lega.
Berderet selang infus masuk di lengan Bayu bahkan selang oxsigen pun menyumbat
di hidungnya. waktu semakin larut sekitar pukul 21:10 wib Bayu masih terbaring
lesu, namun Bayu tetap sadar, akan tetapi dirinya tidak mampu berbuat apa-apa.
Dilihatnya tidak seorangpun ada di sekitar ranjang tempatnya berbaring, air
mata kembali mengalir, kesedihan menghampiri tanpa ada perundingan dulu.
"Sedih amat ya
hidup ku, "katanya dalam hati. Namun apalah daya dia tidak bisa bergerak.
Saat ia melihat ke pintu terlihat suster sedang mengawasinya, Bayu pun memanggilnya
meskipun suaranya tidak dapat di dengar dari luar, suster Eti pun mengerti
ucapan Bayu meskipun dirinya tidak dapat mendengar suara Bayu, perlahan pintu
terbuka, suster Eti pun mendekati Bayu dengan senyum ramah.
"Ada
yang bisa saya bantu pak, "tanya Eti seraya bertanya.
"Saya
lapar pingin makan, "lirih Bayu yang
hampir tidak terdengar oleh Eti.
"Apa
pak, malam?, iya ini sudah malam pak, hampir pukul 22:00 wib, "jawab Eti
sembari menjelaskan kembali ucapan Bayu.
"Bukan
malam, tapi makan, "ujar Bayu kembali, suster pun mencoba mendekatkan
telinganya.
"Oh
makan, tunggu sebentar ya, "Eti pun bergegas keluar menyiapkan makan ala
dokter. Pandangan kosong Bayu menatap
lampu di atas langit-langit ruangan. Selang beberapa saat Eti pun kembali
dengan membawa bubur serat asupan gizi. Dengan sabar Eti menyuapi Bayu, sungguh
mulia tugas seorang suster yang bertugas melayani pasien, dengan ramah dan
lembut Eti melayani Bayu, namun hanya empat suapan bubur Bayu pun menyudahi
makannya, Eti hanya mampu memandang penuh iba. Bayu pun melihat Eti, dalam diri
Eti terlihat ketulusan melayani pasien, Bayu
pun kembali meminta Eti menyuapinya, hal itu di lakukannya tidak ingin
membuat kecewa Eti dalam melayaninya malam itu, meskipun Bayu kenyang setalah melahap 4 sendok bubur serat,
perlahan Bayu mengangnga, Eti pun tersenyum lalu kembali menyuapi Bayu dengan
tulus, saat yang bersamaan, mata Bayu pun berkaca-kaca, dan ia pun menyudahi
makannya, ntah apa yang ada dalam benak Bayu sehingga membuat matanya
berkaca-kaca. Eti pun hanya diam memandangi Bayu, setelah sekitar 1 jam lebih
Eti pun meninggalkanNYA sendiri, saat
itu Bayu terlelap dalam tidurnya.
Sang
surya pagi menampakan sinarnya dengan hangat, aktifitas warga yang hendak
menyambut hari ulang tahun kemerdekaan republik indonesia yang ke 70 tahun 2015
pun di sibukan dengan kegiatan guna merayakan detik-detik Proklamasi kemerdekaan,
tidak terkecuali Bayu yang tengah terbaring tidak berdaya di rumah sakit akibat
paru-paru mengembang di sebabkan banyaknya jaringan pembuluh darah, lain lagi
dengan Cantika, ia sibuk dengan rutinitasnya menghadapi proses pemilukada
serentak pada 9 Desember 2015.
Sengetan matahari siang itu cukup
membakar kulit, sekitar pukul 10:35 wib. Dr. Anton kembali memeriksa Bayu.
"Selamat
siang pak, "sapa dr. Anton ramah sembari melontarkan senyuman.
"Siang
juga dok, "singkat.
"Bagai
mana kondisinya sekarang, ada perubahan?, tanya dr. Anton ingin tahu.
"Masih
terasa sesak dok, "ungkap Bayu lirih, akibat sesaknya dada sehingga
menyulitkannya untuk bicara. Mendengar penjelasan Bayu yang samar-samar dr.
Anton kembali memeriksa Bayu secara seksama, yang di bantu dua perawat. Setelah
menjalani perawatan Empat hari lamanya di rumah sakit Griya Husada, kondisi
Bayu membaik, sementara Administrator rumah sakit menanyakan kepada dr. Anton
perihal biaya pengobatan buat Bayu selama 4 hari.
"Dok,
tuan Bayu bagaimana keadaannya?, "tanya admin ingin tahu.
"Kondisinya
sudah membaik, namun reaksi obat belum sepenuhnya bekerja, ada apa dengan tuan
Bayu?, "ujar dr. Anton.
"Bagaimana dengan biaya pengobatan
dok?.
"Sabar,
Bayu tidak ada sanak keluarga di sini, dia sendirian, tunggu saja sampai dia
kembali normal nanti saya bicara dengan dia perihal biaya pengobatan selama ia
di rawat, "ujar dr. Anton menjelaskan.
Perbincangan keduanya pun tampak
menyepi ditengah kondisi Bayu yang belum sepenuhnya membaik, akan tetapi dr.
Anton yakin jika Bayu segera membaik oleh karena itu dr. Anton memberikan
penjelasan kepada admin rumah sakit. Sementara kerlip mata erwin hanya mampu
memandang langit-langit rumah sakit saat ia tidak mampu berbuat apa-apa dalam
keadaan yang tak berdaya.
Perasaan hampa kian menyelimuti hati
remaja yang tak lain adalah Bayu, siang itu tepatnya Sabtu 15 Agustus 2015 dr.
Anton kembali memastikan kesehatan Bayu, sungguh hal yang menggembirakan ketika
dr. Anton mengatakan jika kesehatannya sudah cukup membaik sehingga dirinya
diperkenankan untuk melakukan rawat jalan yang artinya Bayu diperbolehkan untuk
pulang tidak hanya itu dr. Anton juga mengatakan bila Bayu disarankan agar
selalu berkoordinasi setiap saat dengannya.
“Siang
dok, “sapa Bayu saat melihat dr. Anton membuka pintu.
“Siang
juga, sudah bangun, bagaimana dengan kesehatannya apa sudah ada perubahan?,
“tanya dr. Anton kepada Bayu sembari melontarkan senyum.
“Sudah
lumayan sehat dok hanya saja masih lesu, “Sahut NYA lirih.
“Ya
tentu tapi jangan khawatir reaksi obatnya belum bekerja maksimal, nanti jika
sudah bereaksi pasti sehat, “Terang dr. Anton menjelaskan. Sementara itu
sembari memeriksa dr. Anton bercengkerama dengan Bayu tampak serius, disisi
lain Aji yang tak lain sahabat karib Bayu belum juga menjenguknya ke rumah
sakit, hanya bisa berkomunikasi melalui via telepon selularnya, siang itu
serasa hari yang paling bahagia bagi Bayu sebab dirinya di perkenankan pulang
dan melakoni proses berobat jalan.
Riuh ramai masyarakat kota Bandar Lampung
dalam persiapan menyambut hari kemerdekaan, saat yang sama Cantika pun sempat
menghubungi Bayu melalui pesan singkat, bertanya tentang kabar, tampaknya
hubungan mereka mendekati muara persahabatan yang nyata. Dilema yang selama itu
akhirnya terjawab saat Cantika mengajaknya bertemu di suatu tempat, tanpa
canggung Bayu pun mengiyakan ajakan Cantika untuk berjumpa meskipun kondisi
kesehatan nya belum sehat benar, namun ia berfikir demi sang pujaan hati
dirinya harus kuat. Benar saja hari itu tepatnya 17 Agustus 2015 kali pertama
Bayu dan Cantika bertemu. Pertemuan yang sangat mengesankan dimana baru pertama
kali berjumpa keduanya saling menyukai dan pada akhirnya mereka menjalin
hubungan asmara, walaupun awalnya baik, Cantika maupun Bayu belum sepenuhnya percaya atas kenyataan yang
dijalaninya, bagaimana tidak baru pertama kali bertemu dan kenal secara
langsung keduanya langsung menjalin hubungan asmara.
Senyum simpul selalu terlontar di
antara mereka, dengan kondisi badan yang ranum Bayu merasa sedikit sehat
seketika, akan tetapi wajah yang layu tidak dapat membohongi pandangan dan perhatian
Cantika kepada Bayu.
“Abang
sakit ya?, tanya Cantika lirih.
“Enggak
ah siapa yang sakit, sehat gini dibilang sakit, cie yang lagi mencoba
perhatian, “Ujar Bayu seraya menggoda.
“Kalau
gak sakit itu tidak mungkin, sebab ini wajah pucat pasi, jangan bohong kenapa,
sakit ya sakit gak perlu di tutup-tutupi, toh kelihatan geh, “Ungkap Cantika
datar.
“Hemmm.
“Kenapa
kesini, mau ketemuan, kan masih sakit jangan beri saya alasan oke!,
“Terus
kalau bukan alasan bagaimana aku harus menjawab pertanyaanmu itu?,
“Iya
juga sih, lalu alasanmu apa geh?,
“Simpel
sih singkat dan mudah di mengerti kok,
“Mulai
nih ngajak teka-teki,
“Iya
dong, mau lah,......... . dengan nada terpatah-patah Bayu tampak kaku dalam
berbalas kata.
“Eee...mmm,
saya kesini satu alasan jelas yaitu saya pingin kenal dirimu lebih dekat lagi
sebab saya........, “Bayu terhenti dan enggan meneruskan ucapannya, sehingga
Cantika pun penasaran, sementara itu Cantika hanya mampu memandang lekat-lekat
wajah Bayu.
"Ya, maksudku, aku cinta sama kamu, aku pingin
kamu jadi pacar aku,"Kata Bayu sambil menarik jemari Cantika.
"Ah, gak percaya aku, kalau kamu cinta sama aku,
"Aku serius kok, aku pingin kamu jadi pacarku,
kamu mau ya,
"Hemmm, gimana ya, terima kaga ya, "Jawab Cantika, seraya membuat penarasan
Bayu, meskipun Cantika juga ingin sekali langsung menjawab iya atas cinta
yang diucapkan Bayu.
"Yach, kok gitu sih ngomongnya, serius nih,
"Ya, serius juga,
"Ya, ngomong aja law gak mau, jangan bikin
penasaran dong,
"Emang enak penasaran?,
"Ya deh, maaf, maafin aku ya..
"Hemm maaf doang,
"Lah terus gimana dong, cinta aja belum jelas, ini ada lagi, hadeh maak, "Kata Bayu sambil garuk-garuk kepala tanpa ada rasa gatal.
"Ya deh, maaf, aku terima cintamu, aku mau jadi pacarmu, "Jawab Cantika sembari melontarkan senyum manis ke Bayu.
“Yesss,
“Rasa girang Bayu.
Mendengar jawaban Cantika, Bayu pun girang dan keduanya pun berpelukan. Akhirnya cinta ke dua remaja itu
tersampaikan, dan keduanya menjadi sepasang kekasih.
SEKIAN
~ CERITA INI
DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI TENTANG CINTA ANAK MANUSIA. MOHON MAAF APA BILA
TERDAPAT NAMA, TEMPAT DAN KEJADIAN YANG SAMA, ITU SEMUA HANYA KEBETULAN SAJA,
SEBAB INI HANYA SEBUAH KARANGAN DAN FIKTIF BELAKA ~
Penulis : Erwin, Wartawan Media
Online ( jalosi.net )
Naskah : Senyum Kecil
Artikel : Cerpen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar