Lampung, jalosi.net - Beberapa hari belakangan ini, pemandangan di sejumlah SPBU yang ada di Lampung seperti kuburan.
Itu karena SPBU kerap kehabisan stok BBM jenis solar akibat kuotanya dijatah dari Pertamina.
Dari informasi yang diterima, BPH Migas mengurangi kuotanya untuk Lampung, sehingga kerap terjadi kehabisan stok di SPBU.
"Naifnya lagi, nasib orang kecil yang menjadi korban," ujar sopir angkutan umum L 300, Syarifudin, saat mengantre di SPBU. 24.341.94, Way Bungur, Lampung Timur, Minggu, 15 September 2019.
Ironisnya, akibat kemdaraanya kehabisan solar, sopir yang biasa mengantar anak sekolah ini terpaksa harus mendorong mobilnya.
Parahnya lagi, para pelajar yang diantarnya jadi terlambat ke sekolah, karena mobil yang ditumpangi kehabisan bahan bakar.
Ungkapan senada dikatakan sopir truk, Poniman, yang biasa membawa padi hasil tanam. Dia kecewa karena ketika sampai di SPBU, tidak ada lagi stok solar alias kosong.
"Ini bagaimana. Gila ini. SPBU kok minyak tidak ada. Bagaimana," tukasnya kesal kepada media, yang kebetulan melintas di lokasi SPBU.
"Tolong sampaikan ke pak Jokowi mas. Sudah terpilih kok malah amburadul begini," tambahnya.
Dari informasi yang diterima, kekosongan solar ini sudah terjadi sejak pukul 24.00. Hingga pukul 10.41 WIB, belum juga ada pengiriman.
Melihat kondisi BBM Solar yang mengalami kekosongan ini, Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Lampung merasa prihatin.
"Berdasarkan hasil pantauan, Lampung krisis BBM jenis solar, karena BPH Migas mengurangi kuota solar untuk Lampung," ujar Ketua SMSI Lampung, Donny Irawan.
Akhirnya, Pertamina terpaksa ikut mengurangi suplay ke SPBU. Yang jadi korban yaitu masyarakat kecil, petani, sopir truk, nelayan, pedagang kecil hingga para pelajar.
"Keributan juga sering terjadi di SPBU, karena rebutan solar antarsopir. Bahkan, operator SPBU pun sering dimarahi para sopir akibat stok habis," terang Donny.
Dijelaskan pria yang juga pemilik media siber/online Saibumi.com itu, keberadaan SMSI Lampung sebagai corong untuk kepentingan masyarakat.
"Pemerintah diminta untuk mendengarkan jeritan para sopir dan orang-orang kecil di bawah. BPH Migas diharapkan agar membuka mata dan telinga, melihat kenyataan yang terjadi di lapangan. Solar merupakan kebutuhan vital. Ekonomi bisa lumpuh jika solar kosong," tegas Donny. *(R/jalosi/red/ist/rls/smsilampung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar