Jakarta: Nasib nahas menimpa 53 mahasiswa Universitas Bina Darma (UBD) Palembang yang tengah mengadakan kunjungan ke gedung BEI Jakarta pada Senin (15/1). Hal tersebut lantaran coridor tempat mahasiswa berdiri yang berada di tower II gedung BER ambruk setelah adanya penumpukan mahasiswa yang tengah di arahkan oleh petugas untuk melihat isi gedung BEI tersbut.
Dari video CCTV yang viral di medsos, terlihat ada sekumpulan mahasiswa yang tengah di pandu oleh petugas untuk melihat salah satu ruangan yang ada pada gedung tersebut. Namun tidak berapa lama kemudian, Coridor tempat mereka memijakkan kaki ambruk hingga menyebabkan para mahasiswa dari palembang tersebut berjatuhan.
Dilansir dari https://www.cnnindonesia.com, para mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa jurusan akuntansi yang tengah melakukan kunjuangan lapangan atau field trip di Bursa Efek Indonesia. Menurut penuturan dosen pembimbing dari UBD yakni Rabin, menuturkan bahwa ada 98 orang yang tengah melakukan kunjungan ke gedung BEI namun 35 diantaranya masih berada dalam bus. Ia pun mengatakan, dalam kejadian ini mahasiswa dari UBD hanya mengalam luka-luka tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Para mahasiswa yang mengalami luka-luka tersebut sudah di rujuk ke beberapa rumah sakit yang ada di jakarta, pihak kampus pun sudah berkordinasi dengan para orang tua wali yang resah akan kondisi anaknya yang berada di jakarta.
Mengenai ambruknya Coridor gedung II BEI, David Mameisa yang merupakan dosen jurusan Arsitektur UBL mengungkapkan ada detail yang terabaikan pada saat pembuatan gedung tersebut. Ia mengatakan dalam pandangannya sebagai Arsitek, ada dugaan Coridor yang ambruk tidak masuk dalam perencanaan pada saat pembuatan gedung tersebut pada saat ia menganalisa melalui Video dan gambar yang viral di Sosmed.
“jadi setelah saya melihat videonya, Kalau dari segi arsitekturalnya menurut saya sulit untuk mengetahui jelas penyebab utamanya dari mana kalau nggak liat lokasinya. Hanya bisa menganalisa aja kalau dari video dan foto yg beredar. Kalau menurut saya, secara arsitektural dengan bentangan yg segitu tidak tergolong besar(kemungkinan sekitar 2-2,5 meter). Itu strukurnya menggunakan baja IWF ukuran baloknya juga besar pakai Honeycomb (struktur baja yg dibuat segienam bolong2) karena bentangnya panjang. Dan struktur bajanya juga sudah disustain atau diikat ke atas. Karena dia menggunakan struktur baja, kekuatan struktur ini adalah pada baut - Bautnya. Dan biasanya pada struktur baja kantilever itu harus ada segitiga penyangganya dibawah” Kata David.
“Analisa saya adalah kemungkinan ada ketinggalan2 detail kecil yg dianggap remeh oleh pelaksana, ahli struktur, perencana dan owner demi mengurangi budget malah menjadi bumerang seperti kejadian diatas. Dan barusan dibahas di grup kawan2 IAI, ternyata bangunan tersebut tidak memiliki SLF (sertifikat Laik Fungsi) tetap. Hanya SLF sementara. Karena bangunan umum di jakarta itu harus memiliki SLF.” Lanjutnya.
Dia pun memaparkan beberapa foto yang ia screenshoot sebagai foto bahwa coridor tersebut merupakan tambahan dan ada kesan terburu-buru dalam pembangunan gedung tersebut. Pria lulusan Universitas Bandar Lampung ini pun menyayangkan karena dari pihak pengelola gedung tersebut terlihat enggan untuk mengurus sertifikat kelaiakan kepada tim peninjau kelaikan bangunan gedung dari pemerintah.
Pada kasus ambruknya Coridor BEI ini, menurut david murni musibah. Namun ia mengkritisi terhadap pengawasan dari pihak pemerintah maupun pengelola gedung.
“ tidak ada yang salah, ini Overweight. Tapi hal tersebut bisa di antasipasi jika kesadaran pihak pengelola dan pemerintah melakukan uji kelaiakan terlebih dahulu “ katanya. (R/E/jalosi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar